Dalam rangka melaksanakan kegiatan konservasi atas koleksi yang dimiliki oleh Museum BPK RI, Museum BPK RI mengadakan suatu kegiatan diskusi yang bertujuan untuk mengupas informasi dibalik salah satu koleksi masterpiece museum yaitu lukisan batik, yang saat ini terpampang di salah satu ruangan di Museum BPK RI. Lukisan batik ini merupakan inisiatif dari Umar Wirahadikusumah, Ketua BPK Periode 1978-1983, yang pada saat itu mempunyai gagasan untuk membuat lukisan batik yang menggambarkan kehadiran BPK RI di dalam suatu kehidupan bernegara. Ide pembuatan lukisan batik ini direalisasikan oleh seniman pelukis batik Yogyakarta, Kuswadji Kawindrosusanto.
Kegiatan bertema Diskusi Sejarah Lukisan Batik ini diselenggarakan pada Rabu, 16 Desember 2020. Kegiatan ini diawali dengan sambutan singkat Kepala Museum BPK RI, Dicky Dewarijanto, dan langsung dilanjut diskusi yang dipandu oleh moderator.
Pada kesempatan ini, Museum BPK RI mengundang RM. Aryo Marwoto H. (Totok), yang merupakan salah satu putra dari Kuswadji Kawindrosusanto, yang kebetulan pada saat itu sempat menyaksikan proses pembuatan lukisan tersebut. Dijelaskan oleh Totok bahwa pada tahun 1980-an, Umar Wirahadikusumah dengan didampingi Suwandhi, yang saat itu adalah Kepala Perwakilan D.I. Yogyakarta berkunjung ke sanggar batik Kuswadji. Pada saat itu, Umar Wirahadikusumah menyampaikan gagasan pembuatan dan filosofi yang nantinya merupakan makna dari lukisan batik, serta gagasan untuk melukis di atas kain sutra dengan ukuran yang besar. Gagasan Umar Wirahadikusumah tersebut langsung ‘ditangkap’ oleh Kuswadji dengan penampilan tokoh yang sesuai, yaitu Dewa Wisnu dengan senjata Cakra-nya.
Ada pun proses pembuatan lukisan batik tersebut, Totok menjelaskan bahwa pada saat itu belum ada kain sutra berukuran besar, sehingga Kuswadji harus mendatangkannya dari Singapura dengan ukuran kain sebesar 7 x 2,5 m. Kain tersebut oleh Kuswadji digelar di lantai untuk kemudian dilanjutkan dengan proses sketsa batik. Dalam pembuatan lukisan ini, Kuswadji melukis tanpa ada proses menghapus sama sekali alias sekali jadi, demikian penjelasan Totok. Proses pembuatan lukisan batik ini diselesaikan oleh Kuswadji dalam kurun waktu tiga bulan.
Cerita yang ada dalam lukisan batik tersebut antara lain suasana gembira masyarakat suatu kerajaan atas kehadiran Dewa Wisnu dan beberapa dewa lain untuk membenahi kerajaan mereka yang dipimpin oleh raja yang menebar angkara murka sehingga terjadi kekacauan dimana-mana. Rakyat yang menderita hanya bisa berdoa agar para dewa segera turun untuk memperbaiki keadaan. Doa rakyat pun terkabul, Dewa Wisnu dan beberapa dewa lainnya turun untuk memperbaiki kekacauan yang terjadi. Dan, Dewa Wisnu dan dewa lainnya berhasil menyadarkan sang raja dan membenahi kekacauan yang ada.
Satu yang menarik, dimana dalam lukisan batik tersebut, tampak Dewa Wisnu membawa senjata pamungkasnya yaitu Cakra. Senjata ini sangat ampuh yang mana Dewa Wisnu dengan dibantu senjata ini mampu membenahi segala sesuatu yang tidak baik. Senjata Cakra ini pula lah yang sejak tahun 1985 dijadikan sebagai lambang BPK RI hingga sekarang dengan beberapa penyesuaian. Diskusi ini berlangsung menarik, ditambah banyaknya pertanyaan yang diajukan oleh peserta diskusi.