Sukses dengan Museum Jelajah di Temanggung pada bulan Mei 2024, Museum BPK RI melanjutkan perjalanan edukasi museum lewat Museum Jelajah kedua di Karanganyar pada bulan Oktober 2024. Kegiatan ini tepatnya dilaksanakan di SMA Negeri Karangpandan Kabupaten Karanganyar pada tanggal 16-17 Oktober 2024. Seperti pada edisi pertama, Museum Jelajah Karanganyar juga bertujuan untuk mengenalkan peranan dan fungsi museum kepada guru dan siswa serta mendorong minat mereka untuk memperoleh sumber pengetahuan dengan berkunjung ke museum.
Acara ini melibatkan lebih banyak museum seperti Museum BPK RI, Museum Ranggawarsita Jawa Tengah, Museum Geologi Bandung, Museum Penerangan Kominfo Jakarta, Monumen Pers Nasional, Museum dan Perpustakaan AKPOL, Museum Duver Salatiga, Museum Keris Nusantara dan Museum Radyapustaka. Masing-masing museum memamerkan koleksi unggulan mereka serta mengajak para pengunjung untuk mencoba berbagai kegiatan menarik seperti kuis dan permainan edukasi sederhana.
Museum Jelajah Karanganyar diselenggarakan dengan konsep yang serupa dengan Museum Jelajah Temanggung yaitu menggabungkan pameran museum, talkshow dan workshop dalam satu kegiatan.
Acara workshop diisi dengan Bedah Buku Super Speed Reading dengan narasumber Irwan Widyatmoko. Peserta workshop adalah 90 siswa dan 10 guru SMA Negeri Karangpandan. Fokus utama dari kegiatan ini adalah meningkatkan kemampuan dalam memahami tulisan bagi setiap orang sehingga produktivitas di lingkungan kerja maupun sekolah turut meningkat. Selain itu, kegiatan ini juga bertujuan untuk meningkatkan minat baca bagi setiap orang guna mendukung gerakan literasi gemar membaca.
Seluruh rangkaian Museum Jelajah Karanganyar ini disambut dengan antusias oleh para siswa dan guru SMA Negeri Karangpandan. Keberhasilan Museum Jelajah pertama di Temanggung dan kedua di Karanganyar menunjukkan betapa pentingnya keberadaan museum sebagai tempat edukasi yang interaktif dan menyenangkan. Dengan terus mengadakan kegiatan seperti ini, diharapkan museum dapat semakin dikenal sebagai tempat yang tak hanya menyimpan benda-benda bersejarah, tetapi juga sebagai pusat pembelajaran bagi masyarakat, terutama generasi muda.